Tekpram
Semaphore
Sejarah Semaphore
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirim dan menerima berita dengan menggunakan bendera, dayung, batang, tangan kosong atau dengan sarung tangan. Informasi yang didapat dibaca melalui posisi bendera atau tangan. Namun kini yang umumnya digunakan adalah bendera, yang dinamakan bendera semaphore.
Pencipta Semaphore?
Penemu semaphore ini adalah Claude Chappe. Chappe lahir di Brûlon, Sarthe , Prancis, cucu seorang baron Prancis. Ia dibesarkan untuk layanan gereja, namun ia kehilangan pekerjaan selama Revolusi Perancis . Ia menjalani pendidikan di Lycée Pierre Corneille di Rouen. Dia dan empat saudaranya yang menganggur memutuskan untuk mengembangkan sebuah sistem praktis stasiun relay semaphore, tugas yang diusulkan di zaman kuno, namun tidak pernah direalisasikan. Kakak Claude, Ignace Chappe (1760-1829) adalah anggota Majelis Legislatif selama Revolusi Perancis . Dengan bantuannya, Majelis mendukung proposal untuk membangun jalur relay dari Paris ke Lille (lima belas stasiun, sekitar 120 mil), untuk membawa berita dari perang.
Claude Chappe (25 Desember 1763 - 23 Januari 1805) adalah seorang penemu Perancis yang pada tahun 1792 menunjukkan praktis sistem semaphore yang akhirnya membentang seluruh Perancis . Ini adalah sistem telekomunikasi praktis pertama pada zaman industri, membuat Chappe sang maestro telekomunikasi pertama dengan "internet mekanis."
Chappe memberikan nama pada penemuannya yang pertama dengan nama "tachygraph", yang berarti penulis cepat. Lalu kemudian seorang teman menyarankan nama yang berarti seorang penulis jauh, telegraph.
Semaphore merupakan salah satu bentuk isyarat menggunakan bendera yang lazim digunakan ketika perang sipil di Amerika Serikat. Ketika itu bendera yang digunakan berwarna putih dan oranye serta hanya terdiri dari satu bendera saja. Orang yang ditugaskan melakukan isyarat bendera ini biasanya berdiri di sebuah tempat yang tinggi atau di lantai yang tingginya sekitar 2-3 meter dari permukaan tanah. Pada awal abad ke 19, semaphore digunakan dalam komunikasi kelautan.
Semaphore juga digunakan sebagai Sinyal Rel Kereta Api
Semaphore ini merupakan bentuk sinyal kereta api pertama. Sinyal Semaphore diperagakan oleh sebuah tiang yang memiliki lengan yang bisa memutar dan akan menunjukan sinyal kepada masinis. Sinyal ini dipatenkan oleh Joseph James Stevens dan hingga saat ini telah menjadi sinyal mekanis yang paling sering digunakan di berbagai negara.
Alat yang digunakan untuk menyampaikan isyarat semaphore yaitu:
1. Bendera Semaphore
Berbentuk persegi yang merupakan penggabungan dua buah segitiga sama kaki yang berbeda warna
Berukuran 45 cm x 45 cm
Warna yang lazim digunakan warna merah dan kuning.
Berjumlah 2 buah
2. Tongkat bendera
Lazimnya terbuat dari kayu
Berukuran panjang 60 cm
Teknik penyampaian isyarat semaphore yaitu :
1. Bendera semaphore dipasang pada tongkat dengan warna merah dekat dengan tangkainya.
2. Badan berdiri tegak
3. Memegang 2 buah tongkat semaphore dengan posisi lengan tangan harus menyentuh tongkat semaphore (sehingga tongkatnya seperti sambungan tangan) yang bergunakan untuk meluruskan tongkat semaphore sehingga tongkatnya tidak miring ataupun jatuh
4. Semua pergerakan menggunakan bahu, sehingga kedua tangan tetap lurus.
5. Menyampaikan isyarat semaphore dengan huruf demi huruf yang sudah di tentukan dengan kecepatan yang sesuai
Bentuk Isyarat semaphore :
TALI-TEMALI
TALI-TEMALI
Pengertian tali-temali
Tali temali merupakan salah satu cabang ilmu pionering. Dalam versi bahasa Inggris pionering memiliki arti kecakapan merintis jalan, membuka jalan baru yang tidak dikenal sebelumnya.
Tali – temali adalah keterampilan dengan menggunakan dasar tali yang dikelompokkan dalam simpul dan ikatan.
Tali temali merupakan salah satu cabang ilmu pionering. Dalam versi bahasa Inggris pionering memiliki arti kecakapan merintis jalan, membuka jalan baru yang tidak dikenal sebelumnya.
Tali – temali adalah keterampilan dengan menggunakan dasar tali yang dikelompokkan dalam simpul dan ikatan.
MACAM SIMPUL DAN KEGUNAANNYA:
1.Simpul Ujung TaliGunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas.
2.Simpul Mati
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin.
3.Simpul Anyam
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering.
4.Simpul Anyam Berganda
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah.
5.Simpul Erat
Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan.
6.Simpul Kembar
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin.
7.Simpul Kursi
Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan.
8.Simpul Penarik
Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar.
9.Simpul Laso
Gunanya untuk menjerat/berburu hewn liar yang sedang berlari.
MACAM IKATAN DAN KEGUNAANNYA:
1.Ikatan PangkalGunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang,akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga untuk memulai ssuatu ikatan.
2.Ikatan Tiang
Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya untuk mengikat leher binatang agar tidak tercekik.
3.Ikatan Jangkar
Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
4.Ikatan Tambat
Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu.
5.Ikatan Tarik
Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang.
6.Ikatan Turki
Gunanya untuk mengikat sapu lidi,setangan leher.
7.Ikatan Palang
Gunanya untuk mengikat dua buah tiang yang bertemu dalam bentuk palang.
8.Ikatan Canggah
Gunanya untuk menyambung dua tiang atau membuat canggah.
9.Ikatan Silang
Gunanya untuk menyambung dua tiang yang bersilang.
10.Ikatan Kaki Tiga
Gunanya untuk mengikat tiang sejumlah 3 buah,dimana tiang ini berfungsi sebagai pondasi sebuah bangunan yang akan di bangun diatasnya,seperti menara pandang,tiang bendera,gapura,dll.
Itulah beberapa simpul,ikatan,dan kegunaannya yang bisa saya bagikan untuk kalian semua,semoga bermanfaat.
KOMPAS
Pengertian kompas
Kompas adalah alat yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin. Dan bagi para petualang, haruslah mengetahui dengan benar tentang kompas dan kinerjanya. Bahwasannya, dengan mengetahui dan bisa membaca peta dengan arah kompas, maka kemungkinan akan tersesat menjadi semakin kecil. Penting sebenarnya bagi penggiat alam bebas, tetapi banyak yang belum menggunakannya.
Bagian - bagian penting dari Kompas :
1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
4. Jarum Penunjuk adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat diputar.
6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.
Cara Mempergunakan Kompas :
1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut dan menunjukkan ARAH UTARA MAGNET
2. Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada, kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira - kira bersudut 50o dengan kaca dial.
Kaca pembesar tersebut berfungsi sebagai :
a. Membidik ke arah Visir, membidik sasaran.
b. Mengintai derajat Kompas pada Dial.
3. Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup Dial ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar
4. Apabila sasaran bidik 30o maka bidiklah ke arah 30o. Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu Titik sasaran sepanjang jalur 30o. Carilah sebuah benda yang menonjol / tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30o tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita Melambung ( keluar dari route ) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30 derajat.
5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran Balik ( Back Azimuth atau Back Reading ) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila tersesat dalam perjalanan.
Cara melihat Kompas dan membidik sasaran
Rumus Back Azimuth / Back Reading
1. Apabila sasaran kurang dari 180 derajat = ditambah 180 derajat
0 derajat – 180 derajat = X + 180 derajat
2. Apabila sasaran lebih dari 180 derajat = dikurang 180 derajat
180 derajat – 360 derajat = X – 180 derajat
Contoh :
30 derajat sasaran baliknya adalah 30 derajat + 180 derajat = 210 derajat
240 derajat sasaran baliknya adalah 240 derajat – 180 derajat = 60 derajat
Mata Angin
U = Utara : 0° atau 360°
TL = Timur Laut : 45°
T = Timur : 90°
TG = Tenggara : 135°
S = Selatan : 180°
BD = Barat Daya : 225°
B = Barat : 270°
BL = Barat laut : 315°
MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN
Menentukan arah mata angin ( Utara Magnet ) dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tanpa menggunakan kompas, antara lain :
1. Makam / kuburan orang Islam.
2. Tempat ibadah ( Masjid / Musholah ).
3. Terbitnya matahari / bulan.
4. Lumut pada pohon. ( sebelah kiri dan kanan batang pohon )
5. Pucuk / ujung daun pada pohon.
6. Silet.
I.Pengertian
Menaksir adalah suatu ilmu perhitungan dengan menggunakan metode mengira-ira/penaksiran. Oleh karena itu apabila hasilnya berselisih beberapa cm maka hasil penaksiran dianggap baik.
Hal-hal yang biasa
ditaksir yaitu seperti (1) menaksir lebar, (2) menaksir tinggi, (3)
menaksir arah mata angin, menaksir berat, menaksir kecepatan arus, dll.
dalam hal ini penulis hanya akan membahas beberapa metode yang digunakan dalam menaksir
A. Menaksir Tinggi
Metode yang dipergunakan dalam menaksir tinggi ada bermacam-macam
sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk metode penaksiran tinggi
dapat diberikan sebagai berikut :
1. Metode Setigiga
Keterangan :
X = Tinggi yang ditaksir
C = Tinggi tongkat
A = Jarak tongkat dan tinggi yang diukur
B = Jarak tongkat dan pengamat
Rumus perhitungan
X = C (A+B)
B
Dapat pula dilakukan dengan metode segitiga berikut :
Rumus :
X = A
Keterangan :
X = Tinggi yang ditaksir
A = Jarak dengan pengamat
2. Metode bayangan
Dapat dilakukan apabila ada sinar matahari dan keadaan memungkinkan.
Keterangan :
A = Tinggi tongkat
B = Tinggi yang ditaksir
A’= Bayangan tongkat
B’= Bayangan tinggi yang ditaksir
Rumus :
B = D x A
A
B. Menaksir Lebar
Menaksir lebar semisal lebar sungai, menjadi salah satu teknik kepramukaan yang
mengasyikkan. Apalagi banyak cara dan metode yang bisa digunakan untuk
menaksir lebar. Untuk menaksir lebar para pramuka bisa memilih metode
perbandingan segitiga, segitiga siku-siku (45 derajat), 1/4 lingkaran,
gelombang parabola, dan metode lainnya. Dan kali iniBlog Pramuka akan menguraikan cara menaksir lebar sungai dengan metode perbandingan segitiga.
Menaksir sendiri merupakan aktifitas “menentukan sesuatu (harga,
banyaknya, jumlah, ukuran, dan sebagainya) dengan kira-kira”. Dari
pengertian itu menaksir lebar dapat diartikan sebagai mengira-ngira
lebar suatu obyek. Dalam kepramukaan banyak jenis ketrampilan menaksir
seperti menaksir tinggi, menaksir lebar, menaksir kecepatan, menaksir kedalaman, menaksir berat, dan lain-lain.
Menaksir, termasuk menaksir lebar, selain akan sangat berguna saat
dipraktekkan dalam kegiatan di alam terbuka pun termasuk salah satu
materi dalam Syarat Kecakapan Umumterutama SKU Penggalang Ramu dan SKU Penggalang Terap sebagaimana SK Kwarnas No. 198 Tahun 2011.
Melakukan Penaksiran Lebar dengan Metode Perbandingan Segitiga
Sebagaimana disampaikan di awal tulisan, banyak metode dan cara yang
bisa dilakukan untuk melakukan penaksiran lebar. Salah satu metode
menaksir lebar adalah dengan menggunakan metode perbandingan segitiga.
Cara ini dianggap lebih sistematis, akurat, serta mudah. Sehingga selain
hasil yang dihasilkan mendekati kenyataan, pelaporan kinerja akan lebih
sistematis serta memudahkan dalam penilaian dan verifikasi ulang.
Dengan metode perbandingan segitiga ini, penaksiran dapat dilakukan
menyesuaikan dengan kondisi dan luas medan karena rumus perbandingan
yang digunakan bersifat fleksibel.
Untuk melakukan penaksiran lebar dengan menggunakan metode perbandingan segitiga lihat gambar dan langkah-langkah berikut ini:
Langkah-langkah menaksir lebar sungai:
- Tentukan titik di seberang sungai yang mudah diingat semisal terdapat pohon, batu, bangunan, atau rumpun semak. Ini berguna saat nanti dilakukan pengintaian di langkah selanjutnya. Namai titik itu sebagai titik "A".
- Tentutan titik "B" yang sejajar dengan titik "A". Tandai titik "B" dengan cara salah satu teman berdiri di atasnya atau dengan obyek lain semisal tongkat yang ditancapkan.
- Tentukan titik "C" sambil mengukur jaraknya (bisa dengan langkah atau tongkat) dengan menyusuri tepi sungai. Jarak antara titik "B" dan "C" terserah. Ingat, antara titik "A, B, dan C" harus membentuk segitiga siku-siku dengan siku-siku berada di titik "B".
- Tandai titik "C" sebagaimana cara menandai titik "B".
- Tentukan titik "D" dengan cara berjalan kembali sejauh setengah dari jarak "BC" sehingga "CD = 1/2 BC". Seumpama jarak BC adalah 8 meter maka jarak CD sejauh 4 meter. Ingat, antara titik "B, C, dan D" harus merupakan garis lurus.
- Tentukan titik "E" dengan cara berjalan ke arah kiri sehingga antara titik "C", "D", dan "E" terbentuk segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik "D".
- Saat berjalan menuju titik "E" intai atau bidik titik "A" melewati titik "C" sehingga antara titik "E", "C", dan "A" terbentuk garis lurus. Jika telah terbentuk garis lurus berhentilah dan tandai itu sebagai titik "E".
- Ukur jarak antara titik "D" dan "E"
- Untuk menghitung taksiran lebar sungai tinggal mengalikan dua jarak DE. Sehingga jika jarak DE adalah 4,3 meter maka lebar sungai adalah 2 X 4,3 = 8,6 meter.
Sekarang tinggal membuat laporan penaksiran lebar sungai seperti berikut:
Perbandingan Fleksibel
Di awal pembahasan langkah-langkah penaksiran lebar sungai dengan metode
perbandingan segitiga dikatan bahwa metode ini bersifat fleksibel
sehingga dapat menyesuaikan dengan kondisi atau luas medan. Rumus metode
ini memang fleksibel tidak harus "AB = 2 x DE" namun rumus bisa juga
dirubah menjadi:
- "AB = DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tapi jarak CD sama dengan jarak CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 4 meter). Ini bisa dipilih jika lokasi penaksiran luas atau sungai yang diukur agak semepit.
- "AB = 4 x DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tetapi jarak CD adalah seperempat CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 2 meter). Ini bisa dipilih jika lokasi penaksiran sempit atau sungai yang diukur sangat lebar.
- Bahkan jika sungai yang hendak diukur lebih lebar lagi, mungkin bisa menggunakan rumus "AB = 6 x DE"; "AB = 8 x DE"; bahkan "AB = 10 x DE";
Namun menaksir lebar dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga ini hanya bisa digunakan jika
kondisi medan mendatar dan bukan perbukitan yang naik turun. Jika
demikian, sila gunakan metode menaksir lebar yang lain.
C. Menaksir Berat
Terdapat beberapa metode atau teknik dalam menaksir berat.
Cara pertama adalah dengan mengangkatnya secara langsung. Dengan cara
ini diperlukan ketelitian dan latihan secara terus menerus sehingga
mampu menaksir berat sebuah benda yang dipegang atau diangkat secara
langsung.
Untuk berlatih melakukan teknik menaksir ini angkatlah dengan tangan
kanan benda yang telah diketahui beratnya, semisal batu seberat 1 kg.
Lalu pada tangan sebelah kiri angkat pula benda lain yang beratnya sama.
Setelah itu gantilah salah satu benda dengan benda lain yang berbeda
beratnya. Lakukan berulang kali sehingga kita terbiasa mengangkat dan
mampu membedakan benda dengan berat-berat yang berbeda.
Teknik ini memang kurang efektif dan cenderung memiliki resiko kesalahan
yang besar. Namun dalam situasi terpaksa dan membutuhkan kecepatan,
teknik ini bisa dicoba.
Teknik menaksir berat yang kedua adalah dengan membandingkan berat benda
dengan menggunakan timbangan sederhana. Timbangan ini bisa kita buat
sendiri dengan menggunakan peralatan yang tersedia di sekitar kita.
Cara melakukan penaksiran beratnya adalah sebagai berikut :
- Siapkan benda yang telah kita ketahui beratnya, semisal minuman dalam botol, buku, dll. Benda ini seumpama diibaratkan B1 dengan berat 1 kg
- Siapkan benda yang akan ditaksir beratnya. Benda ini seumpama kita namai B2.
- Buatlah timbangan seperti pada gambar di bawah.
- Tentukan jarak antara B1 dengan pusat tumpuan timbangan (dalam gambar dinamai J1). Semisal 10 cm.
- Latakkan benda yang ditaksir (B2) diseberang B1. Atur (maju mundurkan B2) sehingga posisi B1 dan B2 setimbang.
- Ukurlah jarak dari pusat tumpuan timbangan ke B2 (dalam gambar dinamai J2). Semisal 30 cm.
Maka berat benda yang kita taksir (B2) dapat kita ketahui dengan rumus :
Jadi berat benda yang ditaksir adalah 0,57 kg
Jadi berat benda yang ditaksir adalah 0,57 kg
D. Menaksir Kecepatan Arus
Teknik menaksir kecepatan arus air sungai menjadi salah satu
teknik kepramukaan tentang menaksir yang sudah selayaknya diketahui dan
dikuasai oleh pramuka. Sebagaimana teknik menaksir lainnya, semisal menaksir tinggi dan menaksir lebar sungai, menaksir kecepatan menjadi salah satu syarat dalam kecakapan umum.
Dalam SKU Penggalang Rakit dan SKUPenggalang Terap,
kemampuan dan keterampilan menaksir kecepatan arus air menjadi salah
satu syarat yang diujikan. Dalam masing-masing kecakapan umum tersebut
disebutkan, bahwa:
- Dapat menggunakan kompas dan membuat Peta Pita, manaksir kecepatan arus dan kedalaman (Materi SKU Penggalang Rakit Nomor 24)
- Dpat menaksir kecepatan arus air dan kedalaman sungai (Pencapaian Pengisian SKU Penggalang Rakit Nomor 24 poin 3)
- Dapat membuat peta perjalanan, peta lapangan, menjelaskan rumus menaksir: tinggi, lebar, kecepatan dan kedalaman (Materi SKU Penggalang Terap Nomor 24)
- Pernah menjelaskan rumus menaksir tinggi, lebar, kecepatan arus air dan kedalaman sungai (Pencapaian Pengisian SKU Penggalang Terap Nomor 24 Poin 3)
Lalu bagaimana cara dan teknik menaksir kecepatan arus air sungai? Akan kita pelajari!
Cara Menaksir Kecepatan Arus Air
Untuk melakukan teknik kepramukaan penaksiran kecepatan arus air, salah satunya bisa menggunakan metode sebagai berikut:
- Satu orang berdiri di titik A dan satu orang lagi berdiri di titik B (perhatikan gambar di atas). Jarak antara A dan B harus ditentukan terlebih dahulu, semisal 1 meter, 5 meter, atau 10 meter tergantung kecepatan arus air, dimana semakin cepat arus lebih baik semakin jauh.
- Orang A (orang yang berdiri di titik A) membawa benda yang bisa terapung, sedangkan orang B (orang yang berdiri di titik B) membawa pengukur waktu (stopwatch atau jam).
- Orang A menjatuhkan benda ke air. Bersamaan dengan itu Orang B menghidupkan penghitung waktu dan mematikannya saat benda tersebut sampai di orang B.
- Lakukan penghitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
- v = kecepatan; dengan satuan detik/meter; menit/meter; jam/km dll
- s = jarak; dengan satuan meter, kilometer (km) dll
- t = waktu; dengan satuan detik; menit; atau jam
mantap boss pengetahuannya,thanks ya
BalasHapus